Saatnya Kembali ke Alam untuk Bumi yang Lebih Lestari

Oleh: Junaidi Ismail | Koordinator Poros Wartawan Lampung

Selamat Hari Lingkungan Hidup Sedunia, 5 Juni 2025.

HARI ini bukan sekadar seremoni tahunan. Ia adalah pengingat keras, bahwa bumi yang kita pijak, air yang kita minum, dan udara yang kita hirup, semakin terancam oleh ulah kita sendiri. Tema global tahun ini, “Our Land. Our Future. We are #GenerationRestoration”, mengingatkan kita bahwa krisis iklim bukan fiksi masa depan, ia sudah menjadi fakta hari ini.

Sebagai putra daerah Lampung dan bagian dari komunitas wartawan, saya melihat langsung bagaimana perubahan lingkungan menggerus keseimbangan hidup masyarakat. Hutan-hutan kita yang dulu rimbun, kini berubah menjadi lahan industri dan perkebunan. Sungai-sungai yang dulunya jernih, kini keruh dan tercemar limbah. Udara yang kita hirup di kota-kota sudah tidak lagi bersih.

Namun, semua belum terlambat. Hari ini adalah momentum.

Lampung memiliki segalanya, hutan tropis yang kaya, pegunungan yang menyejukkan, pesisir yang menawan, dan kekayaan hayati luar biasa. Tetapi kekayaan itu tidak abadi jika hanya dieksploitasi tanpa direstorasi. Program restorasi hutan, reboisasi lahan kritis, dan pengelolaan sampah berbasis komunitas harus menjadi gerakan bersama, bukan sekadar proyek instansi.

Sudah saatnya kita melibatkan petani, nelayan, pelajar, jurnalis, tokoh adat, hingga pengusaha dalam satu misi: menjaga tanah Lampung agar tetap lestari.

Sebagai wartawan, saya percaya bahwa tugas kami tidak hanya melaporkan berita, tapi juga menjaga nurani publik. Lingkungan hidup adalah isu yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Ketika hutan ditebang, banjir datang. Ketika laut tercemar, nelayan kehilangan mata pencaharian. Ketika udara kotor, anak-anak kita jatuh sakit.

Media massa harus menjadi penyambung suara alam yang tak bisa bicara. Setiap berita, opini, dokumentasi, dan reportase harus menjadi bagian dari gerakan penyelamatan bumi.

Tidak perlu menunggu jadi pejabat, ilmuwan, atau aktivis besar untuk menjaga lingkungan. Buang sampah pada tempatnya, kurangi plastik sekali pakai, tanam pohon, hemat air dan listrik, atau sekadar menulis di media sosial tentang pentingnya lingkungan, semua adalah bagian dari restorasi.

Mari jadikan generasi kita bukan generasi perusak, tetapi generasi penyembuh. Generasi yang tidak hanya berpikir tentang keuntungan hari ini, tetapi juga kelestarian anak cucu kelak.

Kita mendorong pemerintah daerah, termasuk di Lampung, untuk lebih progresif dalam membuat kebijakan lingkungan yang pro-rakyat dan berkelanjutan. Tapi tanggung jawab lingkungan bukan hanya ada di pundak pemerintah. Masyarakat sipil, termasuk jurnalis, punya peran besar dalam mengawal dan memastikan kebijakan itu berjalan.

Bumi ini rumah bersama. Tidak ada tempat lain untuk pindah ketika semua rusak.

Hari Lingkungan Hidup Sedunia bukan tentang seremoni, tapi aksi. Dari Lampung, mari kita gaungkan semangat restorasi untuk Indonesia dan dunia. Mari kita buktikan bahwa generasi kita bukan generasi yang merusak, melainkan yang menyembuhkan. Mulailah dari langkah kecil, konsisten, dan menular.

Karena menjaga bumi bukan pilihan, tapi kewajiban.

Selamat Hari Lingkungan Hidup Sedunia.

Dari tanah Lampung, kita jaga bumi, kita rawat hidup. (*)