Artikel – Stigma terkait perempuan yang dianggap sempurna hanya jika bisa memiliki anak masih kuat di sebagian masyarakat, termasuk di China. Baru-baru ini, seorang profesor di China menjadi sorotan publik setelah mengungkapkan klaim kontroversial dalam video yang viral. Ia berpendapat bahwa perempuan yang memiliki 10 anak bisa hidup hingga usia 100 tahun. Klaim ini disampaikannya dalam sebuah pidato yang terjadi di ruang kelas.
Dalam video yang tersebar, profesor tersebut mengungkapkan bahwa menurutnya, perempuan yang melahirkan akan diberkahi Tuhan dengan umur panjang. “Setelah melahirkan anak, Anda akan diberkati oleh Tuhan, yang akan membuat Anda hidup lebih lama,” ujarnya, seperti dilansir South China Morning Post.
Profesor yang diketahui berprofesi sebagai dokter ini juga menambahkan bahwa perempuan yang berhasil dalam karier tetapi tanpa anak, biasanya memiliki umur yang lebih pendek. Sebaliknya, perempuan berusia 90-100 tahun yang memiliki banyak anak umumnya hidup sehat dan bahagia tanpa penyakit serius. “Ada perempuan yang sukses dalam karier, tetapi hidup mereka lebih pendek. Mereka tidak seperti nenek-nenek di desa yang memiliki delapan atau sepuluh anak, dan biasanya mereka bisa hidup hingga usia 90 atau bahkan 100 tahun,” imbuhnya.
Kritik Muncul dari Netizen
Pernyataan profesor tersebut memicu beragam tanggapan negatif dari netizen China. Banyak yang mempertanyakan dasar ilmiah dari klaim tersebut, mengingat profesinya sebagai dokter. Seorang pengamat media sosial bahkan menyinggung risiko besar yang dihadapi perempuan saat melahirkan.
“Apakah Anda punya bukti ilmiah untuk mendukung pendapat Anda?” komentar seorang netizen.
“Apakah Anda tidak sadar bahwa melahirkan itu berisiko? Lalu bagaimana dengan perempuan yang meninggal saat melahirkan? Apakah mereka juga diberkati Tuhan?” tambah pengamat lainnya.
Sementara itu, netizen yang sudah memiliki anak menyoroti tantangan besar dalam membesarkan anak, termasuk biaya yang tinggi dan kesulitan dalam membagi waktu antara bekerja dan merawat anak. Hal ini membuat beberapa dari mereka enggan untuk memiliki anak lagi, meskipun ada program pemerintah yang mendorong kelahiran.
Krisis Populasi di China
Fenomena ini muncul di tengah krisis populasi yang sedang melanda China. Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah penduduk di negara tersebut mengalami penurunan signifikan. Pada tahun 2022, populasi China menyusut untuk pertama kalinya dalam 60 tahun, dengan pengurangan sekitar 850.000 jiwa. Pada 2023, jumlah penduduk kembali berkurang sebanyak 2,08 juta jiwa, dengan tingkat kelahiran yang terendah dalam sejarah, yaitu 6,39 kelahiran per 1.000 orang.
Penurunan populasi ini merupakan salah satu dampak dari resesi seks yang melanda negara tersebut, serta tantangan demografi yang dihadapi oleh pemerintahan Presiden Xi Jinping. Meskipun pemerintah telah mencoba berbagai kebijakan untuk mengatasi masalah ini, seperti memberikan insentif finansial dan pemotongan pajak untuk pasangan muda, upaya tersebut sejauh ini belum menunjukkan hasil yang signifikan.